______
mendidikanak68.blogspot.com ______
1.
Mengalah
Saya tahu beradu argumen dengan anak itu tidak mudah. Anda sudah mengalami hari yang sulit seharian dan di rumah si kecil terus merengek minta dibelikan mainan baru. Karena lelah Anda mungkin memilih diam dan menunggu sampai si kecil berhenti merengek, dengan harapan ia akan lelah dengan sendirinya.
Diam
atau mengalah dalam suatu argumen memang baik agar Anda dapat mendengar semua
keluhan anak. Namun sikap diam dan mengalah tidak baik untuk upaya penerapan
disiplin yang sedang Anda canangkan. Anda dapat menjawab rengekannya segera
setelah ia tampak kehilangan kata-kata, dan katakanlah dengan tegas mengapa ia
tidak selalu bisa memiliki semua mainan yang diinginkannya.
2.
Menyuap
Suap
atau penyuapan bukan hanya berbahaya dalam kehidupan bermasyarakat. Anda pun
perlu berusaha agar menjauhi perilaku ini saat mengasuh anak. Kita kadang kala
berjanji memberi mereka kue, permen atau coklat sebagai bayaran atas tingkah
laku baik yang ditunjukkannya saat Anda berdua menghadiri pertemuan penting di
sekolah, misalnya. Untuk sesaat mungkin sogokan Anda berhasil. Namun dalam
jangka panjang si kecil akan berpikir bahwa tingkah laku baik perlu ditunjukkan
untuk mendapatkan suatu imbalan. Coba bayangkan kalau pemahaman semacam ini
terbawa hingga dewasa!
Sebagai
gantinya, cobalah bersikap tegas dengan mengatakan bahwa mereka harus bersikap
baik, titik. Suatu saat Anda dapat menjelaskan pada mereka mengapa Anda meminta
mereka melakukan itu, dan akibatnya jika mereka menolak mematuhi Anda.
3.
Berbohong
Berbohong
memang dilarang. Tapi berbohong demi kebaikan boleh saja kan? Tetap nggak
boleh, Bu. Meski tujuannya baik, sebuah kebohongan tetap saja sebuah
kebohongan. Seorang ayah mungkin akan berkata bahwa monster akan muncul dari
kolong tempat tidur jika anak-anak tak segera bangun pagi untuk sekolah.
Strategi disiplin semacam ini mungkin saja berhasil. Namun anak-anak akan
tumbuh dewasa dan menyadari bahwa ayah sudah berbohong, dan hal itu boleh-boleh
saja!
Strategi
ini juga membuat anak-anak takut terhadap hal-hal seperti kegelapan, monster di
kolong kasur, hantu dll., hingga dewasa. Anda tidak mau kan punya anak penakut?
4.
Melanggar aturan sendiri
Masalah
yang dihadapi para orang tua yang menerapkan terlalu banyak aturan adalah
mereka harus menjaga diri untuk tak melanggar disiplin yang telah mereka
tetapkan sendiri. Para orang tua semacam ini harus menahan diri agar tak saling
berteriak di hadapan anak-anak, tidak memakai sepatu di kamar tidur, tidak
memukul orang lain, dsb.
Sekali
Anda melanggar peraturan yang telah Anda buat sendiri (dan ini terjadi di
hadapan anak-anak), maka Anda pun akan kehilangan otoritas moral untuk
mendisplinkan mereka. Anak-anak akan berpikir, buat apa mematuhi peraturan
karena ayah dan ibu juga melanggarnya.
5.
Kehilangan kesabaran
Anak-anak sering kali tampil sebagai ujian bagi Anda saat tingkah mereka tak bis dikendalikan dan amarah memuncak hingga ke ubun-ubun. Lalu Anda meledak dan tak memberi alasan apapun kepada anak mengapa Anda semurka itu. Anak Anda pun tak memperoleh penjelasan yang tepat mengapa perbuatan yang dilakukannya salah di mata Anda.
Tidak
menutup kemungkinan anak akan menirukan gaya marah-marah Anda ketika mereka
menghadapi masalah dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Payahnya lagi,
mereka tak dapat memberikan penjelasan mengapa mereka marah. Anda nggak mau kan
anak Anda dijauhi teman-temannya lantaran takut ‘disemprot’ tanpa sebab?